Mikael Satriohantoro_115210298
Sudah sejak zaman dahulu negara Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat tinggi, salah satunya adalah kebudayaan Jawa. Banyak peninggalan sejarah kebudayaan Jawa yang ditinggalkan oleh para leluhur kita mulai dari bangunan, bahasa, prasasti, tulisan, hingga upacara adat. Selain itu, para leluhur juga meninggalkan banyak filosofi yang membahas tentang kehidupan. Tetapi banyak filosofi yang mulai terkikis hilang karena perkembangan dan pergaulan modern yang sangat cepat. Agar tidak terlupakan dan juga dapat membantu kita dalam menjalani hidup, berikut merupakan salah satu filosofi jawa yang cukup terkenal karya Raden Mas Panji Sosrokartono yaitu "Sugih tanpa Bandha, Digdaya tanpa Aji, Nglurug tanpa Bala, Menang tanpa Ngasorake" yang memliki arti secara harafiah adalah "Kaya tanpa Harta, memiliki Kesaktian tanpa Ilmu/Benda Pusaka, Menyerang tanpa bala Pasukan, Menang tanpa Merendahkan".
RM Panji Sosrokartono (Foto: Wikimedia Commons)
Mulai dari Sugih tanpa Bandha, yang memiliki arti kaya tanpa harta. Kata "Sugih" yang dimaksud disini adalah kaya secara batiniah. Kaya yang berkecukupan dan tidak berkekurangan. Selain itu, filosofi dari kalimat ini juga ingin menyampaikan bahwa kekayaan yang harus dimiliki dalam hidup ini bukanlah hanya tentang pengumpulan harta benda dan uang sebanyak-banyaknya, melainkan kebesaran hati terhadap sesama tanpa imbalan sedikit pun. Kita semua tidak perlu menunggu kaya secara harta untuk melakukan kebaikan kepada orang lain. Itu semua dimulai dari diri kita antara mau atau tidak.
Digdaya tanpa Aji memiliki arti, yaitu kesaktian tanpa ilmu/benda pusaka. Kesaktian yang dimaksud disini adalah kekuasaan. Kekuasaan sendiri biasanya terbentuk karena memiliki fisik dan mental yang tinggi atau bisa menggunakan ilmu tenaga dalam / aji-aji. Namun yang ingin disampaikan adalah bahwa kita dapat memiliki kekuasaan dan kepercayaan dari orang lain karena citra dan wibawa yang kita punya, sehingga orang lain menghargai kehadiran kita dan senantiasa mau mengikutinya.
Yang ketiga, yaitu Nglurug tanpa Bala. Memiliki arti secara harafiah, yaitu menyerang tanpa bala pasukan. Kita sebagai manusia perlu memiliki jiwa dan raga yang tangguh. Memiliki keberanian tinggi meskipun hanya tinggal kita sendiri. Sikap ini mencerminkan seorang ksatria, yang berani maju menghadapi segala rintangan dan masalah, berani bertanggung jawab, tidak mudah terhasut meskipun yang lain meninggalkan atau mundur dari masalah.
Dan yang terakhir adalah Menang tanpa Ngasorake. Memiliki arti, yaitu kita menang tanpa merendahkan orang lain. Ketika kita dapat mencapai tujuan yang sudah dinantikan dan kemenangan yang diinginkan, kita tidak perlu menjatuhkan atau merendahkan orang lain. Bahkan kita perlu untuk membantu orang lain dalam mendapatkan keinginannya dan kita akan mendapatkan kemenangan sejati.
Filosofi sugih tanpa bandha, digdaya tanpa aji, nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake ini dapat kita jadikan sebagai pedoman hidup dan tuntunan kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Ungkapan jawa yang sederhana ini juga dapat membuat hidup kita menjadi lebih indah dan yang pastinya membuat kita lebih bahagia dan mensyukuri hidup.
Comments
Post a Comment